INGGRIS: Muhsen Hassanin, seorang petani muslim di Inggris belajar sendiri menjalankan pertanian seluas 55 hektar, bernama Harmony Farm. Di lahan pertanian yang menghadap ke Lembah Usk, Wales tenggara itulah ia membesarkan anak-anaknya.
Muhsen awalnya tinggal di Barnet, London utara. Tempat di mana anak-anaknya mulai merasakan lingkungan yang asing.
Harmony Farm terinspirasi oleh gagasan kehidupan seimbang yang menurutnya merupakan bagian integral dari tradisi Islam.
“Kata ‘mizan’ yang merupakan konsep kunci dalam Al-Qur’an berarti ‘keseimbangan alam yang sempurna’,” kata Muhsen, melansir dari BBC.
Muhsen mendorong orang-orang dari latar belakang etnis yang berbeda untuk menikmati hidup di alam terbuka.
“Rasanya seperti ada sesuatu yang tidak selaras sebagaimana mestinya. Dari situlah keputusan untuk keluar dari kota dan membuat lompatan besar ini berasal,” ujarnya.
More Coverage:
5 Buah-Buahan Dalam Al-Qur’an, Nomor 3 & 5 Tumbuh di Indonesia
Muhsen memiliki lima orang anak yang tinggal di area Harmony Farm.
“Sebenarnya itu adalah salah satu motivasi terbesar kami untuk datang ke sini. Menanam tumbuh-tumbuhan dan memelihara hewan, sehingga anak-anak dapat melihat semua prosesnya,” tutur Muhsen.
Komunitas Muslim
Dia tidak membayangkan pertanian tersebut berkembang dengan cepat menjadi jauh lebih besar.
Mereka yang berkunjung, menurut Muhsen, lebih banyak anak-anak kulit putih dari keluarga kelas menengah.
Sementara orang-orang di Inggris yang berasal dari latar belakang etnis kulit hitam, Asia dan minoritas (BAME), berdasarkan laporan Defra tahun 2019 adalah yang paling kecil atau sekitar 20% lebih sedikit anak-anak.
Muhsen bercita-cita menciptakan ruang yang aman bagi komunitas Muslim.
“Mereka bisa merasa nyaman dan juga mendapatkan semua manfaat yang dimiliki masyarakat pedesaan,” tambahnya.
Musim Panas
Kini orang-orang dari seluruh Inggris datang mengunjungi peternakan tersebut. Rata-rata pada musim panas mereka menerima sekitar 40 pengunjung setiap hari.
Sebagai seorang petani muslim di Inggris, Muhsen percaya bahwa salah satu elemen yang membuat orang tertarik pada pertanian ini adalah hubungan yang mereka rasakan dengan warisan budaya mereka.
“Salah satu pesan yang kami dapatkan adalah seperti pulang ke rumah tanpa ada beban,” ujarnya.
Tetapi kebanyakan yang datang, sebut dia, karena orang tua mereka pada masa kecil juga memerah susu sapi, tetapi anak-anak mereka tumbuh besar di kota dan merasa ada sesuatu yang hilang.
Banyak tamu yang menginap dan Muhsen serta keluarganya memasak makanan tradisional dan halal untuk mereka dari sayuran yang ditanam sendiri.
“Saya sangat sebang menjadi tuan rumah, menjaga dan memberi mereka makanan enak,” katanya.
Menurut Muhsen, banyak tamu bahkan ingin duduk di lantai meski disediakan tempat duduk. Karena itu, Muhsen terkadang mengatakan dia mempertanyakan identitasnya sendiri dan merasa tidak yakin di mana dia berada.
“Saya orang Inggris, tapi seperti bukan orang Inggris dalam hal ini. Itulah perasaan yang Anda rasakan saat tumbuh dewasa,” ujarnya.
Muhsen menambahkan, ada kekhawatiran ketika seseorang melihat orang lain dari komunitas berbeda yang tidak mereka kenal, tapi hal itu akan terkoreksi melalui interaksi.
“Jadi, tujuan saya datang ke sini adalah menjadi pionir di garis depan yang bekerja dengan masyarakat. Menunjukkan kepada mereka tentang kami dan kemudian membuka pintu bagi orang lain,” kata Muhsen.