DARIACEH: Asbabun nuzul Surat Al-Falaq dan An-Naas disebabkan oleh adanya seorang Yahudi bernama Labid bin Al-A’sham asal Madinah yang menyihir Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kedua surat inilah yang akan menuntut siapa saja yang membacanya menuju tempat perlindungan.
Al-Mu’awwidzatain adalah nama lain untuk Surat Al-Falaq dan An-Naas.
Al-Falaq adalah Al-Mu’awwidzatain Al-‘Ula, sedangkan An-Naas merupakan Al-Mu’awwidzatain Ats-Tsaaniyah.
Berikut adalah bunyi dari kedua surat ini,
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ (1) مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ (2) وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ (3) وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ (4) وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ (5)
Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh, dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki.” (QS. Al-Falaq: 1-5)
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ (1) مَلِكِ النَّاسِ (2) إِلَهِ النَّاسِ (3) مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ (4) الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ (5) مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ (6)
Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhannya manusia, Raja manusia, sembahan manusia, dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia. (QS. An-Naas: 1-6)
Baca juga: Kisah Nabi Muhammad Menerima Wahyu, Menggetarnya Sikap Khadijah
Asbabun Nuzul Al-Falaq dan An-Naas
Di dalam sebuah hadist dari Aisyah Radhiyallahu ‘anhu, seorang Yahudi dari Bani Zuraiq yang bernama Labid bin Al-A’sham pernah menyihir Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan dia membuat beliau seolah-olah sedang melakukan sesuatu, padahal tidak berbuat apa-apa.
Sampai beliau berada di sisiku, tetapi beliau terus berdoa dan berdoa.
Kemudian beliau bersabda, “Wahai Aisyah, apakah kamu tahu bahwa Allah telah memberikan jawaban kepadaku tentang apa yang aku tanyakan kepada-Nya tentang sihir? Ada dua orang yang mendatangiku, satu duduk di dekat kepalaku dan yang satunya lagi berada di dekat kakiku.”
Lalu salah seorang dari mereka berkata kepada temannya, “Sakit apa orang ini?”
“Terkena sihir,” sahut temannya.
“Siapa yang telah menyihirnya?” tanya temannya lagi.
Temannya menjawab, “Labid bin Al-A’sham.”
“Dalam bentuk apa sihir itu?”
Dia menjawab, “Pada sisir dan rontokan rambut ketika disisir, dan kulit mayang kurma jantan.”
“Lalu, di mana semuanya itu berada?” tanya temannya.
Dia menjawab, “Di sumur Dzarwan.”
Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi sumur itu bersama beberapa orang sahabat beliau.
Lalu, beliau datang dan berkata, “Wahai Aisyah, seakan-akan airnya berwarna merah seperti perasan daun pacar, dan seakan-akan kulit mayang kurmanya seperti kepala setan.”
Lalu kutanyakan, “Wahai Rasulullah, tidakkah engkau meminta dikeluarkan?”
Beliau menjawab, “Allah telah menyembuhkanku, sehingga aku tidak ingin memberi pengaruh buruk kepada umat manusia dalam hal itu. Kemudian beliau memerintahkan untuk menimbunnya, maka semuanya pun ditimbun dengan segera.” (HR. Bukhari, No. 5763 dan Muslim, No. 2189).
Dalam Kitab ‘Ad-Dalail, mengutip hadist sama dengan perawi Abu Nu’aim dari Abi Jakfat Ar-Razai Ar-Rabi’ bin Anas dari Anas bin Malik, bahwa dua orang yang mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam itu adalah malaikat.
Malaikat Meruqyah Nabi Muhammad
Setelah Labid bin Al-A’sham Al-Yahudi di Madinah menyihir Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, turunlah surah Al-Mu’awwidzatain ini.
Jibril ‘alaihis salam lantas meruqyah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian Allah memberikan kesembuhan.
Abu Sa’id Al-Khudri Radhiyallahu ‘anhu menceritakan kisah datangnya Jibril untuk meruqyah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Jibril berkata, “Wahai Muhammad, apakah engkau sakit?”
Beliau menjawab, “Iya, benar.” Jibril lalu mengucapkan,
بِسْمِ اللهِ أَرْقِيْكَ، مِنْ كُلِّ شَيْءٍ يُؤْذِيْكَ، مِنْ شَرِّ كُلِّ نَفْسٍ أَوْ عَيْنِ حَاسِدٍ اللهُ يَشْفِيْكَ، بِسْمِ اللهِ أَرْقِيْكَ
Bismillahi Arqiika min kulli syai’in yu’dziika, min syarri kulli nafsin aw ‘aini haasidin. Allahu yasy-fiika bismillaahi arqiika
“Dengan nama Allah aku meruqyahmu, dari segala sesuatu yang mengganggumu, dan dari keburukan penyakit ‘ain yang timbul dari pandangan mata orang yang dengki. Semoga Allah menyembuhkanmu. Dengan nama Allah aku meruqyahmu.” (HR. Muslim, No. 2186).
Jadi, kisah di ataslah yang menjadi asbabun nuzul Surat Al-Falaq dan A-Naas.
BERITA LAINNYA
Sejarah Islam di Aceh Abad 1 H, Dikalahkan Propaganda Snouck Hurgronje?
Arti dan Cara Taaruf Menurut Imam Syafi’i