Wara adalah salah satu jalan untuk mencapai konsepsi bahagia dalam Islam.
Secara bahasa wara berasal dari kata “taharruj” yang artinya menjauhi dosa atau berhati-hati. Sedangkan menurut istilah, wara adalah sikap seseorang yang membiasakan dirinya dengan akhlak yang baik dan menjauhkan dirinya dari perbuatan yang terlarang dalam Islam.
More coverage:
2 Jenis Haram dan 5 Alasan Kenapa Halal Sangat Penting
Imam Al-Ghazali dalam kitab “Ihya ‘Ulumuddin” memberikan rincian tentang sifat wara’an dengan tingkatan dan level yang berbeda, sebagai berikut :
الورع له أربع مراتب
4 tingkatan wara
1. Wara’us syuhud wal qadha
Wara’us syuhud wal qadha adalah menjauhkan diri dari perbuatan yang telah jelas keharamannya. Ini adalah kriteria minimal untuk untuk menjadi saksi, hakim, dan pemerintah. Tanpa sikap kewara’an ini, maka seseorang tidaklah memiliki kriteria dari ketiga kategori kelompok tersebut.
الاحتراز عن الحرام الظاهر
2. Wara as-Shalihin
Atau wara’us shalihin adalah orang shalih yang menjauhkan diri dari perbuatan syubhat yang bisa berasal dari berbagai kemungkinan, baik dari dari hal-hal yang haram maupun makruh.
ورع الصالحين ؛ التوقي من الشبهات التي يتقابل فيها الاحتمالات
Sebagaimana hadist riwayat at-Tirmidzi:
قال صلى الله عليه وسلم: دع ما يريبك إلى مالا يريبك
“Rasulullah saw bersabda, ‘Tinggalkan apa yang membuatmu ragu kepada apa yang tidak membuatmu ragu.’”
3. Wara al-muttaqin
Atau wara’ul muttaqin yaitu kewara’an orang yang meninggalkan sesuatu yang halal, tetapi khawatir dapat membawanya kepada yang haram.
و رع المتقين وهو ترك الحلال المحض الذي يخاف منه أداؤه إلى الحرام
4. Wara’us shiddiqin
Wara’us shiddiqin adalah seseorang yang berpaling dari pada selain Allah SWT karena takut waktunya terbuang kepada hal-hal yang tidak menambah keta’atan dan kecintaannya kepada Allah SWT.
– ورع الصديقين وهو الإعراض عما سوى الله تعالى خوفًا من صرف ساعة من العمر إلى ما لا يفيد زيادة قرب عند الله
Hal ini juga menjadi salah satu dari tiga pangkal atau pokok dari inti beragama, yaitu: (1) Meluruskan niat; (2) Beramal sesuai tuntunan agama; dan (3) Punya sifat Wara.
Tidak hanya itu, wara menjadi faktor sempurnanya ibadahnya seorang hamba di mata Allah SWT dan salah satu faktor terkabulnya do’a.