SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Abu Mudi

DARIACEH: Tahun 1966 Hasanoel Bashry mulai beranjak remaja. Atas izin orangtuanya, sebuah keputusan penting diambil. Meninggalkan sekolah PGAP (setingkat SMP). Saat itu usianya masih 15 tahun. Kualitas pendidikan yang rendah menjadi alasan beralih belajar ke MUDI Mesjid Raya Samalanga. Lembaga pendidikan agama yang sudah sangat terkenal sejak zaman itu. Kelak kita mengenal beliau sebagai Abu Mudi.

Enam tahun belajar di MUDI, kecerdasannya mulai terasah. Puncaknya tahun 1972 beliau masuk kelas Bustanul Muhaqqiqin. Kelas itu mendapat pengasuhan langsung dari Abon Abdul Aziz. Pimpinan MUDI pada masa itu.

ADVERTISEMENT

Sepertinya di sinilah Abon Aziz makin yakin dengan kecerdasan, ketekunan, dan kedisiplinan Hasanoel Bashry muda. Abon Aziz lalu mendapuknya menjadi sekretaris umum MUDI. Tahun 1975, Hasanoel Bashry muda sudah mendapat kepercayaan sebagai ketua umum. Saat itu usianya baru 26 tahun.

Allah SWT lalu mentakdirkan beliau berjodoh dengan anak sulung Abon Aziz. Di usia 29 tahun Hasanoel Bashry muda melangsungkan pernikahan dengan Ummi Shalihah.

Baca juga: Bos Hyundai Asia Pacific Jadi Mualaf Setelah Terinspirasi Keluarga Aceh

ADVERTISEMENT

Memimpin Dayah MUDI

Kelak pada tahun 1989, alumni MUDI sepakat memilih Tgk. H. Hasanoel Bashry sebagai pimpinan MUDI Mesjid Raya Samalanga. Beliau menggantikan mertuanya, Abon Abdul Aziz yang telah wafat.

Sebagai pucuk pimpinan MUDI, beliau mampu mentransformasikan nilai-nilai baharu ke lembaga pendidikan agama itu. Tanpa sedikitpun mengubah sistem, tradisi belajar halaqah, dan kitab kuning sebagai kajian utama dan substansi pendidikan Dayah MUDI yang masih terus dipegang kuat.

Beliau juga mampu membawa legalitas negara ke pendidikan dayah (pesantren) yang beliau pimpin. Peluang mu’adalah yang menjadi program Kementerian Agama R.I berhasil diterapkan.

Ini (mu’adalah) adalah program kesetaraan untuk pesantren tradisional yang memenuhi kualifikasi tertentu. Di mana para santrinya bisa mendapatkan ijazah setara SMA/MA.

ADVERTISEMENT

Tidak berhenti di sini saja. MUDI kemudian berhasil menyelenggarakan pendidikan kesetaraan lanjutan setingkat program sarjana. Ma’had Aly dengan konsentrasi Fiqh. Lulusannya disetarakan setingkat sarjana oleh Kementerian Agama R.I.

Beliau menerapkan standar tinggi untuk para santri yang ingin masuk ke Ma’had Aly, yaitu santri dengan prestasi akademik yang bagus.

Baca juga: Pocut Meurah Intan, Bukan Perlawanan Biasa Kesultanan Aceh

Mendirikan IAI Al-Aziziyah

Tgk. H. Hasanoel Bashry juga berhasil mentransformasikan nilai-nilai baharu dan moderat lainnya. Beliau mendirikan STAI Al-Aziziyah (kini IAI Al-Aziziyah) agar para santri tetap memperoleh legalitas formal dari keilmuannya. Bekal untuk berkiprah lebih luas di masyarakat dan pemerintahan.

Uniknya, semua calon mahasiswa wajib modok di pesantren bila ingin kuliah di IAI Al-Aziziyah.

Strategi Abu MUDI ini kelak berhasil dalam banyak dimensi sekaligus. Pertama, Abu MUDI menerapkan standar tertentu bagi kalangan internal santri MUDI sendiri yang ingin melanjutkan pendidikan ke IAI Al-Aziziyah. Para santri baru dapat kuliah di sana setelah tiga tahun mondok.

Kedua, standar ini ternyata membuat dayah-dayah lainnya di sekitar MUDI berhasil kembali eksis setelah sebelumnya kekurangan santri. Mereka yang baru lulus SMA/MA dapat langsung melanjutkan kuliah ke IAI Al-Aziziyah dengan mondok di pesantren sekitar MUDI.

Ketiga, minat para orang tua dan lulusan SMA/MA untuk belajar agama sekaligus kuliah menjadi bertambah. Hal ini karena mereka tidak khawatir lagi tentang legalitas formal setelah selesai belajar.

Kini IAI Al-Aziziyah dipimpin oleh menantu beliau, Dr. Muntasir A. Kadir, MA. Beberapa kerjasama luar negeri juga telah terjalin. Seperti dengan Universtas Sultan Sharif Brunei Darussalam dan Universitas Islam Antar Bangsa Malaysia.

IAI Al-Aziziyah juga berhasil menjalin kerjasama dan komunikasi dengan Mufti Kerajaan Brunei Daussalam.

Atas kerjasama ini, para mahasiswa dan tenaga pengajar di IAI Al-Aziziyah kini dapat belajar di Universitas Sultan Sharif Brunei Darussalam.

Kini publik Aceh mengenal beliau sebagai ulama kharismaik dengan nama lengkap Abu Syekh H. Hasanoel Bashry Gadeng.

Orang Tua Teladan

Abu MUDI tidak hanya berhasil mentransformasikan nilai-nilai baharu yang lebih baik kepada masyarakat luas. Keteladanan mampu beliau bangun di keluarganya.

Anak sulungnya kini mengikui jejak beliau. Atas izin Allah SWT, Tgk. H. Zahrul Fuadi Mubarrak yang kini mendapat panggilan Abi MUDI memiliki ilmu agama yang begitu luas dan mengisi pengajian di banyak majelis taklim.

Abu MUDI juga mendorong anak-anak beliau untuk belajar ilmu lainnya setelah terlebih dahulu mempelajari ilmu agama Islam. Anak laki-laki beliau yang lain adalah seorang dokter, dr. Muhammad Thaiful.

Seorang menantu beliau, Dr. Muntasir A. Kadir, MA kini menjadi Rektor IAI Al-Aziziyah dan memimpin Pesantren Jami’ah Al-Aziziyah yang di dalamnya mengelola sebuah sekolah menengah kejuruan. Mentransformasi nilai-nilai agama ke dalam skill para santrinya.***

Biodata

KELUARGA

Ayah: Tgk. H. Gadeng bin Bulang
Ibu: Ummi Manawiyah binti Sandang

ANAK

  1. Zahrul Fuadi Mubarrak, lahir tahun 1979
  2. Su’aidah, lahir tahun 1980 (meninggal saat bayi)
  3. Zahrah Mahfudhah, lahir tahun 1984
  4. Nurul A’la Rabi’ah ‘Adawiyah, lahir tahun 1985
  5. Muhammad Thaifur, lahir tahun 1988
  6. Muhammad Abrar Azizi, lahir tahun 1989
  7. Abdul Muhaimin, lahir tahun 1991

JABATAN

  1. Pimpinan Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga, 1989-sekarang
  2. Rais ‘Am Majelis Syura Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA), 2018-2023
  3. Ketua Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA), 2013-2018, menggantikan Abu Panton
  4. Dewan Majelis Syuyukh Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Provinsi Aceh
  5. Pendiri dan Pembina Tasawuf, Tauhid dan Fiqih (TASTAFI) Aceh
ADVERTISEMENT

Related stories:

Mengupas Kembali Peutuah Abu Tumin tentang Malakat Kana Lam Jaroe…

“Tidak ada ilmu yang lebih indah selain ilmu iman.” -- Abu Tumin Blang Bladeh

In Memoriam Prof Muslim: Dari Analogi Kereta Api Hingga Anggaran di DPRA

Dengan agak sedikit tergopoh-gopoh saya menyusul sosok ketua MPU Aceh dari belakang. Bayang tubuhnya yang disinari temaram lampu terlihat menunduk. “Maaf, hari ini saya...

Herman Fithra

Janji Putih yang dicover dari versi asli Doddie Latuharhary membuat rektor Universitas Malikussaleh viral. Versi aslinya rilis tahun 2015.

Seberapa artikel ini bermanfaat bagi Anda?

0 dari 5

Tinggalkan ulasan

Dapatkan update artikel pilihan Dariaceh.com dengan bergabung ke Instagram “dariacehcom” dan laman Facebook “Dariaceh.com”.  

TERKINI

Jejak Yahudi yang Dimakamkan di Aceh Setelah 105 Tahun Tewas

"O, God, ik ben getroffen!" Ia berteriak. Nafasnya terengah-engah. Hilang seketika sikap berpongah-pongahnya. By TEUNGKUMALEMI Filed: 1 Desember 2023, 03:09  BANDA ACEH, Pantè Ceureumén Nama belakangnya merujuk pada...

Kopi Terakhir Teuku Umar

Malam itu Umar bersama pasukannya sedang terjepit. Pasukan Jenderal Van Heutsz mengepung mereka.  Pertengahan Juni tahun 1878, suami pertama Cut Nyak Dhien, Ibrahim Lamnga syahid...

Cut Nyak Dhien

Usianya terus menua. Menginjak 51 tahun ketika Umar syahid di Lhok Bubon 11 Februari 1899. Ia terus berjuang dengan sebilah rencong, meskipun mata rabun dan pinggangnya encok.

Islam Digest

dariaceh